Dietary Assesment (SQFFQ Method)

Metode Dietary Assesment adalah suatu metode yang digunakan untuk mengkaji tanda awal dari defisiensi zat gizi, termasuk didalamnya adalah asupan yang tidak adekuat. Karena alasan ini informasi dari dietary assessment juga dapat memprediksi kemungkinan kekurangan zat gizi yang nantinya dapat dikonfirmasi lebih lanjut dengan menggunakan metode yang lain seperti penilaian biokimia, antropometri dan klinis (Fahmida & Dillon, 2007).

Terdapat dua metode yang digunakan dalam menilai konsumsi pangan baik itu untuk individual maupun kelompok yaitu metode konsumsi harian kuantitatif dan kualitatif. Dalam Siagian, 2010 terdapat enam metode yang lazim digunakan untuk menilai konsumsi pangan individu : (a) metode ingatan 24 jam (24-hours recall method), (b) metode pengulangan ingatan 24 jam (repeated 24-hours recall method), (c) metode pencatatan makanan (food record method), (d) metode penimbangan pangan (weighed food method), (e) metode riwayat makanan (dietary history), dan (f) metode frekuensi konsumsi pangan (food frequency method). Selain metode tersebut, masih ada metode yang lain yang sering digunakan juga adalah metode semi kuantitatif FFQ dan vitamin A semi questionaire method (VASQ).

Berdasarkan beberapa metode yang sering digunakan dalam dietary assessment tersebut, pada tulisan ini akan diuraikan tentang apa itu SQ-FFQ method. SQFFQ method adalah metoda untuk mengetahui gambaran kebiasaan asupan gizi individu pada kurun waktu tertentu. Metode ini sama dengan metoda frekuensi makanan baik formatnya maupun cara melakukannya, yang membedakan adalah pada responden ditanyakan juga tentang besaran atau ukuran (dapat dalam URT atau berat) dari setiap makanan yang dikonsumsi selama periode tertentu, seperti hari, minggu atau bulan. Dengan demikian dapat diketahui asupan gizi yang dikonsumsi untuk periode tertentu dengan bantuan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) aatau daftar penukar.

Sebelum melakukan wawancara pada individu dengan menggunakan SQFFQ method, maka langkah yang harus dilakukan sebelumnya adalah membuat form SQFFQ yang bahan makanannya disesuaikan dengan keadaan bahan makanan yang tersedia disuatu tempat yang ingin diteliti.

Tahapan dalam pembuatan form SQ-FFQ adalah sebagai berikut :

Mengelompokkan makanan sesuai jenis bahan makanan yang akan diteliti dalam SQ-FFQ, dengan cara :

  1. Menemukan daftar bahan makanan dalam tabel daftar komposisi bahan makanan (DKBM) atau melalui program software Nutri Survey (NS) untuk item bahan makanan yang spesifik mengandung zat gizi tertentu (zat gizi yang ingin diketahui) per 100 gr bahan makanan
  2. Pilih semua daftar bahan makanan yang banyak dan tinggi kandungan zat gizi tersebut
  3. Melakukan satu kali survey pendahuluan dengan melakukan survey/recall 24 jam dalam komunitas tertentu untuk mengidentifikasi sumber bahan makanan yang tersedia dan yang umum dikonsumsi sesuai dengan lokasi penelitian dalam kaitannya dengan sumber bahan makanan yang kaya akan sumber zat gizi tertentu
  4. Menggunakan daftar DKBM atau NS sebagai dasar/pedoman survey. Makanan yang tidak pernah atau tidak biasa dikonsumsi (kurang dari 10% dari subjek) dikeluarkan dari daftar.
  5. Bahan makanan yang tersisa setelah langkah di atas, adalah yang sebagai daftar bahan makanan yang akan final digunakan dalam form SQ-FFQ
  6. Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam menentukan bahan makanan yang akan dimasukkan dalam form SQ-FFQ adalah :
  • Bahan makanan mengandung zat gizi spesifik atau terdapat komponen makanan yang memodifikasi penyerapan dari zat gizi spesifik tersebut (zat gizi tertentu dan inhibitornya)
  • Mengandung zat gizi spesifik sangat tinggi dan menjadi bagian dari makanan khas penduduk atau mengandung tingkat yang cukup tinggi zat gizi tertentu tetapi umumnya dimakan atau jarang dimakan tetapi mengandung tingkat zat gizi yang sangat tinggi

Beberapa kelebihan dalam penggunaan SQ-FFQ ini adalah bahwa SQ-FFQ merupakan metode pengumpulan data yang dikhususkan untuk mengetahui asupan mikro nutrient secara restrospektif, dimana dapat diketahui kisaran asupan zat gizi mikro pada beberapa waktu sebelumnya (misal 1 bulan,3 bulan, 6 bulan bahkan 1 tahun sebelumnya). Selain itu dengan SQ-FFQ tidak hanya mengetahui kebiasaan atau pola makan responden namun juga dapat diketahui jumlah asupan zat gizi tersebut secara detail.

 Selanjutnya, apabila form sudah fixed, maka form tersebut siap digunakan. Adapun prosedur penggunaan SQFFQ adalah:

1. Subyek diwawancarai mengenai frekuensi mengkonsumsi jenis makanan sumber zat gizi yang ingin diketahui, apakah harian, mingguan, bulanan atau tahunan.

2. Subyek diwawancarai mengenai ukuran rumah tangga dan porsinya. Untuk memudahkan subyek menjawab, pewawancara menggunakan alat bantu photo ukuran bahan makanan.

3. Mengestimasi ukuran porsi yang dikonsumsi subyek ke dalam ukuran berat (gram).

4. Mengkonversi semua frekuensi daftar bahan makanan untuk perhari.

Misalnya :

  • Nasi dikonsumsi 3x perhari à ekuivalen dengan 3
  • Tahu dikonsumsi 4x perminggu à ekuivalen dengan 4/7 perhari = 0,57
  • Es krim dikonsumsi 5x perbulan à ekuivalen dengan 5/30 perhari = 0,17
  • Untuk buah musiman digunakan kategori pertahun.

Misalnya mangga dikonsumsi 10x diatas bulan oktober ke desember à ekuivalen dengan 10/365 per hari = 0,03 perhari

5. Mengalikan frekuensi perhari dengan ukuran porsi (gram) untuk mendapatkan berat yang dikonsumsi dalam gram/hari

6. Hitung semua daftar bahan makanan yang dikonsumsi subyek penelitian sesuai dengan yang terisi di dalam form.

7. Setelah semua bahan makanan diketahui berat yang dikonsumsi dalam gram/hari, maka semua berat item dijumlahkan sehingga diperoleh total asupan zat gizi dari subyek.

8. Cek dan teliti kembali untuk memastikan semua item bahan makanan telah dihitung dan hasil penjumlahan berat (gr) bahan makanan tidak terjadi kesalahan (Fahmida & Dillon, 2007).

 Dibawah ini diberikan contoh form SQFFQ dan Cara Pengisiannya Form-nya.

Slide1Slide2Slide3

Reference :

  1. Fahmida, Umi dan Drupadi HS Dillon. 2007. Handbook Nutritional Assessment.SEAMEO-TROPMED RCCN UI : Jakarta.
  2. Siagian, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Erlangga, Jakarta.

(By Yetti Wira Citerawati SY)

Dietary Assesment (2)

METODE FOOD RECORDS (ESTIMASI MAKANAN DAN PENIMBANGAN MAKANAN)

 

Prinsip dan Prosedur Metode Food Records (Estimasi Makanan dan Penimbangan Makanan)

Menurut Fahmida dan Dillon, 2007 bahwa prinsip dan penggunaan dari metode pencatatan makanan (food records) adalah sebagai berikut :

  1. Dasar dari pencatatan ukuran porsi makanan dari makanan yang dikonsumsi oleh individu adalah estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (URT) atau penimbangan menggunakan timbangan makanan. Metode penimbangan merupakan metode yang ideal untuk studi penelitian dan kontrol penelitian terutama saat kegiatan konseling diet atau untuk mengetahui korelasi antara intake dengan parameter biologis.
  2. Berguna untuk kegiatan dalam penelitian, khususnya dalam penelitian epidemiologi gizi. Data intake zat gizi selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar program pendidikan gizi.
  3. Jika menggunakan metode penimbangan, responden perlu diberikan motivasi, harus bisa berhitung dan tidak buta huruf, atau alternatifnya adalah menggunakan enumerator untuk mengumpulkan data dan mencatat intake makanan responden.
  4. Apabila membutuhkan ingatan 24 jam (24-h recall) untuk mengestimasi kebiasaan intake makanan individu maka tergantung pada variasi konsumsi harian dalam intake makanan pada satu individu. Jika membutuhkan recall lebih dari satu hari maka sebaiknya memilih hari yang tidak berurutan (nonkonsekutif).
  5. Ingatan 24 jam (24-h recall) dapat diulang selama musim yang berbeda pada satu tahun untuk mengestimasi rata-rata intake individu selama periode waktu yang lebih lama (untuk mengetahui kebiasaan intake makanan).

Dalam Fahmida & Dillon, 2007 juga disebutkan bahwa prosedur pada metode estimasi makanan dan penimbangan makanan adalah sebagai berikut :

  1. Responden diminta untuk mencatat, konsumsi pada saat yang sama, semua makanan dan minuman (termasuk snack) yang dimakan dalam ukuran rumah tangga (URT) untuk periode waktu yang telah ditentukan.
  2. Rincian deskripsi dari makanan tersebut adalah meliputi :
    • Nama (lokal/setempat dan umum jika diketahui)
    • Metode pemasakan
    • Kondisi makanan (mentah, masak, dikupas atau olahan)
    • Nama merk jika memungkinkan
    • Semua bumbu, herbal dan rempah-rempah
    • Deskripsi yang lengkap dari masing-masing makanan
    • Menimbang jumlah yang dikonsumsi atau mengestimasi menggunakan ukuran rumah tanggan (URT) dan menggunakan peralatan rumah tangga yang dikaliberasi.
    • Jika responden makan diluar rumah maka responden biasanya diminta untuk mencatat deskripsi dan jumlah dari makanan yang dimakan. Ahli gizi dapat kemudian membeli dan menimbang duplikat porsi dari masing-masing item makanan yang dicatat, hal ini dilakukan jika memungkinkan, untuk menilai kemungkinan jumlah makanan yang dikonsumsi.

Metode Pencatatan Untuk Metode Estimasi Makanan dan Penimbangan Makanan   

Menurut Fahmida dan Dillon, 2007 bahwa metode untuk mengestimasi dan menimbang makanan untuk campuran bahan makanan (mixed dishes) adalah sebagai berikut :

  1. Mendeskripsikan metode persiapan dan pemasakan makanan
  2. Menimbang porsi yang dapat dimakan untuk masing-masing bahan mentah atau melakukan estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (URT) untuk mendapatkan jumlah dari masing-masing bahan mentah yang digunakan didalam resep
  3. Mencatat berat akhir (atau volume) dari ragam makanan (ini hanya untuk metode penimbangan makanan)
  4. Mencatat berat (atau volume) dari ukuran porsi yang dikonsumsi atau melakukan estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (URT) dan atau menggunakan peralatan rumah tangga yang dikaliberasi (terstandar) untuk mendapatkan jumlah dari makanan yang dikonsumsi oleh subjek.
  5. Mengestimasi jumlah bahan yang dikonsumsi oleh individu sebagai proporsi dari masing-masing bahan yang ada di dalam makanan yang dimakan (catat masing-masing jumlah bahan makanan mentah yang digunakan, berat makanan dalam bentuk akhir dan jumlah yang dikonsumsi)
  6. Menyesuaikan jumlah bahan dengan hasil masakan dan memasukkannya sebagai berat dari bahan yang dimasak (catat proses pemasakan yang dilakukan karena ada beberapa zat gizi yang hilang pada saat pemasakan).

Jenis Metode Food Records

Dalam Arisman, 2009 dituliskan bahwa food records dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama disebut dengan cara perkiraan atau estimated food record. Cara kedua disebut dengan cara penimbangan atau weight food  records. Pada food records, biasanya responden diminta mencatat semua makanan dan minuman yang telah dikonsumsi selama paling sedikit 3 hari dalam seminggu, yakni 2 hari biasa dan 1 hari libur. Berikut ini akan dijelaskan kedua metode tersebut.

1.    Estimasi Makanan (Estimated Food Record)

Metode ini disebut juga food record atau diary record, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam ukuran rumah tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut (Supariasa, 2012).

Berbeda dengan penulis sebelumnya, Siagian, 2010 menuliskan bahwa periode waktu yang dilakukan pada metode estimasi ini biasanya 3-7 hari dengan memperhitungkan hari secara proporsional, berupa hari-hari biasa dan weekend. Hal ini diperkuat lagi dalam Almatsier et al, 2011 yang menuliskan bahwa periode waktu untuk metode ini biasanya antara 1 hingga 7 hari. Pada dasarnya tidak ada aturan baku dalam penentuan jumlah hari. Jumlah hari yang diperlukan dalam metode ini bervariasi, biasanya tiga, lima atau tujuh hari. Akhir minggu harus secara proporsional disertakan pada periode survey makanan pada setiap subjek untuk memperhitungkan efek hari dalam minggu yang potensial pada asupan pangan dan zat gizi. Tidak ada kesepakatan tentang jumlah, jarak dan pemilihan hari pencatatan untuk mencirikan baik asupan aktual maupun asupan kebiasaan pangan dan /atau zat gizi individu dengan metode estimasi ini.

Untuk pencatatan dalam metode estimasi yang digunakan dapat berupa formulir khusus atau buku kecil yang berupa lembaran kosong atau telah berisi anjuran kategori pangan setiap hari. Pada beberapa penerapan, pangan ditimbang atau diukur dengan prosedur tertentu. Prosedur pencatatan, terutama yang berkaitan dengan deskripsi lengkap jenis dan kuantitas pangan, harus dijelaskan kepada subjek atau responden. Umumnya, dengan pencatatan-segera ini diharapkan kelupaan akan menjadi minimal. Pencatatan ini kemungkinan akan mengubah perilaku makan. Hal ini tidak diinginkan karena data yang diinginkan adalah asupan pangan yang lazim pada subjek atau keluarganya.

Deskripsi lengkap makanan atau minuman yang harus dijelaskan berupa kuantitas (URT : piring, sendok, dll), jenis, metode pemasakan dan merk (bagi produk olahan). Untuk makanan yang terdiri atas campuran bahan makanan (mixed dishes) (misalnya seperti gado-gado), kuantitas dari setiap bahan mentah yang digunakan dalam resep makanan, berat akhir dari campuran makanan, dan kuantitas yang dikonsumsi oleh subjek harus dicatat, jika memungkinkan.

Ukuran porsi makanan dapat diperkirakan oleh responden dengan menggunakan berbagai prosedur, yang masing-masing berbeda taraf presisinya. Untuk mengukur porsi pangan dapat digunakan URT baku seperti piring, sendok makan. Pengukuran tambahan dapat dilakukan dengan menggunakan penggaris (untuk daging dan kue) dan hitungan (untuk telur dan roti). Ukuran porsi biasanya dikonversi ke gram oleh peneliti sebelum menghitung asupan zat gizi.

Berdanier, 2008 menuliskan cara pengisian sederhana untuk food records adalah sebagai berikut :

  1. Tanggal. Catat tanggal pada bagian atas form
  2. Nama. Catat nama pada bagian atas form yang telah disediakan
  3. Waktu makan. Catat waktu makan tiap hari dari pagi sampai malam
  4. Makanan/tempat makan. Catat jenis makanan (sarapan, makan siang, makan malam, snack, dll) dan dimana tempat makan (dirumah/restoran)
  5. Item bahan makanan. Catat nama masing-masing bahan makanan yang dimakan
  6. Deskripsi/persiapan. Termasuk informasi bagaimana bahan makanan tersebut disiapkan
  7. Jumlah. Catat jumlah dari masing-masing bahan makanan dengan menggunakan URT atau lakukan penimbangan.

Untuk membantu menganalisis intake bahan makanan tersebut, maka responden harus memperhatikan dan mematuhi petunjuk yang tertera pada form yaitu :

  1. Jangan mengubah kebiasaan/pola makan anda dan jangan mencoba untuk memodifikasi intake makanan, karena intake makanan anda akan di catat.
  2. Catatlah segala sesuatu yang anda makan atau minum. Termasuk semua snack . termasuk juga suplemen vitamin atau mineral berserta dosis/hari.
  3. Catatlah sesegera mungkin makanan yang anda makan. Catatlah dengan jelas.

Cara pengisian food records ini lebih jelas lagi diuraikan dalam Supariasa, 2012. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

  1. Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram (nama masakan, cara persiapan dan pemasakan bahan makanan)
  2. Petugas memperkirakan/estimasi URT ke dalam ukuran berat (gram) untuk bahan makanan yang dikonsumsi tadi
  3. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM
  4. Membandingkan dengan AKG

Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu.

Kelebihan metode estimated food records :

  1. Metode ini relatif murah dan cepat
  2. Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar
  3. Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari
  4. Hasilnya relatif lebih akurat

Kekurangan metode estimated food records :

  1. Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan responden merubah kebiasaan makannya.
  2. Tidak cocok untuk responden yang buta huruf
  3. Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.

2.    Penimbangan Makanan (Weighed Food Records)

Metode penimbangan makanan adalah metode yang paling akurat dalam memperkirakan asupan kebiasaan dan/atau asupan zat gizi tertentu. Data yang dihasilkan penting untuk konseling diet, dan untuk analisis statistik yang meliputi korelasi atau regresi dengan parameter biologis (Siagian, 2010) & (Almatsier et al, 2011).

Pada metode ini, subjek atau responden diminta untuk menimbang semua pangan yang dikonsumsi pada periode waktu tertentu. Lebih jelasnya, subjek atau responden diminta untuk menimbang semua makanan yang dikonsumsi (misalnya yang dimasukkan ke dalam piring) dan makanan yang sisa. Kuantitas asupan makanan adalah selisih antara kuantitas yang akan dikonsumsi dengan kuantitas makanan yang sisa. Deskripsi detail makanan atau minuman yang harus dimasukkan responden meliputi kuantitas (massa, volume), jenis, metode pemasakan, penyajian, dan merk (bagi produk olahan).

Untuk pangan yang dikonsumsi diluar rumah, subjek atau responden diminta untuk mendeksripsikan kuantitas atau jumlah pangan yang dikonsumsinya. Peneliti atau pewawancara kemudian membeli dan menimbang porsi duplikat pangan tersebut untuk memperkirakan kuantitas pangan yang dikonsumsi diluar rumah tersebut (Siagian, 2010). Kemudian untuk makanan yang terdiri dari lebih dari satu bahan makanan, penimbangan dilakukan terhadap masing-masing bahan makanan dalam keadaan mentah (sesuai dengan resep bila ada), setelah jadi, dan bagian yang dimakan (Almatsier et al, 2011).

Seperti halnya metode estimasi, jumlah, jarak, pemilihan hari untuk mencirikan asupan aktual atau asupan kebiasaan individu dengan metode penimbangan pangan bersifat bervariasi. Hal ini tergantung pada zat gizi yang menjadi pokok perhatian, populasi penelitian, tujuan penelitian, dan sebagainya. Dengan metode inipun, akhir minggu harus secara proporsional disertakan pada periode survey makanan pada setiap subjek untuk memperhitungkan efek akhir minggu pada asupan pangan dan zat gizi. Hal ini senada dengan pendapat Almatsier et al, 2011 bahwa hari libur atau hari besar dan hari minggu harus dimasukkan didalam survey.

Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan (Supariasa, 2012) :

  1. Petugas /responden menimbang dan mencatat bahan makanan/ makanan yang dikonsumsi dalam gram
  2. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis dengan menggunakan DKBM atau DKGJ (Daftar Komposisi Gizi Jajanan)
  3. Membandingkan hasilnya dengan Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG).

Perlu diperhatikan disini adalah, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi. Sehingga dalam Arisman, 2009 dituliskan bahwa dalam metode penimbangan lebih tepat apabila dilakukan pengamatan secara langsung terhadap responden, meskipun membutuhkan waktu lebih lama dan biaya lebih tinggi. Cara ini cocok diterapkan pada pasien rawat inap di rumah sakit. Pengamat mencatat takaran makanan yang diresepkan oleh ahli gizi, jumlah santapan yang diantar oleh petugas gizi, jumlah yang dimakan pasien, serta banyaknya makanan yang tersisa.

Berdasarkan uraian tentang metode ini maka dapat dikatakan kelebihan dari metode weighed food records adalah data yang diperoleh lebih akurat dan teliti sedangkan kekurangan metode ini adalah sebagai berikut :

  1. Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan. Dalam Almatsier et al, 2011 disebutkan bahwa biaya yang dibutuhkan dalam metode ini relatif tinggi, karena responden harus sering  dikunjungi untuk memonitor dan memberi semangat.
  2. Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasaan makan mereka. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menyederhanakan proses pengukuran makanan, atau untuk memberi kesan yang baik.
  3. Tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil
  4. Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden

Perbedaan Antara Metode Estimasi Makanan dan Penimbangan Makanan   

Untuk mengetahui perbedaan antara metode estimasi makanan dan penimbangan makanan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan antara Metode Estimasi Makanan dan Penimbangan Makanan

Metode Estimasi Makanan

Metode Penimbangan Makanan

Jumlah dari makanan dan sisa makanan diukur dengan menggunakan URT atau estimasi menggunakan seperti ukuran cups, mangkok, gelas dan centong. Peneliti kemudian mengkuantitatifkan hasil pengukuran ini kedalam bentuk volume dan berat Makanan dan sisa makanan ditimbang dengan menggunakan timbangan makanan atau disediakan teknik komputerisasi oleh peneliti
Dianggap kurang akurat apabila dibandingkan dengan metode penimbangan makanan Metode yang presisinya paling baik untuk mengestimasi kebiasaan makan dan intake zat gizi individu
Dianggap sebagai salah satu metode yang dapat diterima untuk mengumpulkan data intake kelompok Lebih disukai oleh beberapa peneliti untuk mengumpulkan data individu
Kurang membebani responden apabila dibandingkan metode penimbangan makanan sehingga tingkat kerjasama cenderung lebih tinggi Membutuhkan tingkat kerjasama yang lebih tinggi dari subjek apabila dibandingkan metode estimasi makanan dan ini kemungkinan berdampak pada kebiasaan makan subjek
Memerlukan peralatan sehingga biaya lebih mahal
Presisi lebih tinggi, tingkat error lebih rendah

Kelebihan dan Kekurangan Metode Food Records Secara Umum

Kelebihan dan kekurangan dari metode food records menurut Fahmida dan Dillon, 2007 adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Kekurangan dan Kelebihan Metode Food Records Secara Umum

Kelebihan

Kekurangan

  1. Tidak mengandalkan ingatan
  2. Menyediakan data yang rinci dari ukuran porsi makanan yang dikonsumsi, khususnya saat menggunakan metode penimbangan
  3. Dapat dikatakan cukup valid
  4. Dapat menilai pola makan dan kebiasaan makan dalam hubungannya dengan lingkungan sosio-demografi dari responden
  5. Dapat meningkatkan interpretasi dari hasil laboratorium, antropometri dan data klinis.
  6. Pengumpulan data dengan hari yang multiple akan lebih mewakili dari kebiasaan intake (asupan makanan)
  7. Hasil yang didapatkan lebih akurat karena mempertimbangkan adanya sisa dari makanan, terbuang dan rusak selama pengukuran dilakukan.
  1. Membutuhkan tingkat kerjasama yang tinggi dari subjek
  2. Karena beban yang diberikan kepada responden sangat tinggi  maka didapatkan hasil dari rata-rata respon responden sangat rendah
  3. Memerlukan waktu relatif lama
  4. Subjek seharusnya bisa membaca untuk mendapatkan hasil pencatatan yang lengkap, atau dibutuhkan seorang enumerator yang akan melakukan tugas pencatatan
  5. Petugas harus terlatih dalam menggunakan alat ukur dan formulir pencatatan
  6. Analisisnya membutuhkan tenaga yang terlatih dan mahal
  7. Laporan subjek terkadang underreporting (melaporkan terlalu rendah) masih sering terjadi

Berdasarkan kekurangan pada metode food records seperti yang diuraikan dalam Fahmida & Dillon, 2007 (pada tabel 2), sejalan dengan pendapat Gibson & Ferguson, 2008 bahwa metode food records dalam pelaksanaannya sangat membutuhkan banyak waktu, memerlukan biaya yang mahal, dan memberikan beban yang besar pada responden. Mengatasi begitu banyaknya kekurangan yang ada pada metode ini, Gibson & Ferguson, 2008 membuat suatu modifikasi terhadap metode recall 24 jam dengan dilakukannya pelatihan terhadap suatu kelompok untuk mengestimasi ukuran porsi dengan tepat sebelum recall yang sebenarnya dilakukan. Menyediakan chart gambar sebelum recall dilakukan yang digunakan untuk menceklist pada hari disaat makanan tersebut dikonsumsi dan hal ini juga berguna untuk membandingkan dengan hasil recall untuk mengurangi factor kelupaan pada responden dan menyediakan mangkuk dan piring (URT) yang terstandar yang akan digunakan saat recall dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan responden memvisualisasikan jumlah makanan yang dikonsumsi.

Bias atau Kesalahan yang Sering Terjadi pada Penggunaan Metode Estimasi Makanan dan Penimbangan Makanan   

Bias atau kesalahan yang sering terjadi dalam dietary assessment dapat dibedakan menjadi kesalahan random dan kesalahan sistematis. Kesalahan random biasanya akan berdampak pada reliabilitas suatu metode dan keadaan ini dapat dikurangi dengan meningkatkan jumlah pengamatan namun hal inipun tidak sepenuhnya dapat menghilangkan bias tersebut. Sebaliknya kesalahan sistematis tidak dapat diminimalkan dengan memperpanjang jumlah pengamatan. Kesalahan pengukuran yang bersifat random dan sistematis dapat diminimalkan dengan memadukan prosedur kendali mutu kedalam masing-masing tahapan dalam metode dietary assessment. Termasuknya didalamnya pelatihan dan sesi pelatihan ulang untuk pewawancara dan pemprogram, standarisasi tekhnik wawancara dan kuesioner, uji coba kuesioner dan percobaan penyelenggaraan penelitian sebelum survey sebenarnya dilakukan (Gibson, 2005).

Menurut Gibson, 2005 bahwa sumber-sumber bias atau kesalahan dalam pengukuran dietary assessment meliputi :

Tidak Adanya atau Kurangnya Respon Responden

Kurangnya respon (nonrespon) atau rendahnya kepatuhan dari responden yang mengakibatkan bias yang signifikan dan hal ini dapat terjadi disemua jenis penilaian dalam dietary assesment. Upaya yang sebaiknya dilakukan untuk meminimalkan angka nonrespon. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengirimkan email atau menelpon untuk mengingatkan, dan pelatihan pewawancara agar saat melakukan wawancara dilakukan dengan penuh kehangatan, pengertian dan kepercayaan.

Bias dari Responden

Bias yang berasal dari responden biasanya muncul apabila responden salah pengertian terhadap apa yang ditanyakan atau diminta oleh pewawancara, kecendrungan memberikan jawaban yang bersifat socially desirable. Socially desirable adalah kecendrungan dari responden untuk menghindari kritik dan kecendrungan untuk mendapatkan pujian. Sumber bias yang lain adalah responden memberikan data kadang underreporting ataupun overreporting (Gibson, 2005).

Menurut Thomson & Subar, 2001 dalam penelitiannya bahwa bias yang sering terjadi pada metode food records adalah terjadinya underreporting pada responden. Pada penelitian tersebut underreporting terjadi pada responden dengan nilai BMI yang tinggi (BMI > 24) dan terutama terjadi pada wanita. Keadaan ini juga ditemukan pada responden usia lanjut. Efek ini mungkin terjadi karena responden tersebut melakukan diet ketat pada hari-hari tertentu. Penelitian lain menunjukkan bahwa kondisi demografis dan psikologis mempengaruhi underreporting responden seperti pendidikan, pekerjaan, pengaruh dari keinginan sosial, body image dan pembatasan terhadap makanan.  Penelitian yang dilakukan Mauer, et al dalam Thomson & Subar bahwa ada beberapa jenis makanan yang cenderung underreporting oleh responden diantaranya adalah seperti makanan penutup, kue-kue yang manis dan dipanggang, butter dan minuman beralkohol, sedangkan yang dilaporkan lebih banyak adalah berupa biji-bijian, daging, salad dan sayuran.

Menurut Siagian, 2010 menuliskan bahwa bias yang sering terjadi terutama untuk metode penimbangan makanan adalah kuantitas konsumsi pangan yang diperoleh mungkin bukan kuantitas konsumsi yang lazim (kebiasaan) karena responden mungkin mengubah jenis dan jumlah pangan yang akan dikonsumsi karena ia tahu konsumsi pangannya sedang dinilai atau diamati. Hal lain yang mungkin terjadi adalah subjek atau responden mengubah pola asupan kebiasaannya untuk mempermudah penimbangan.

Bias dari Pewawancara

Sumber bias dari pewawancara biasanya meliputi kesalahan menggunakan pertanyaan probing, kesalahan dalam mencatat respon responden, kehilangan fokus, bias yang berhubungan dengan persiapan wawancara, adanya gangguan, kepercayaan diri dan kerahasiaan responden. Bias dari pewawancara ini dapat terjadi disepanjang penelitian dan subjek, dan atau sistematis untuk pewawancara tertentu. Bias ini bisa jadi terjadi sebagai interaksi antara pewawancara tertentu dengan responden tertentu pula. (Gibson, 2005). Dalam food records khususnya untuk estimasi makanan, sumber bias yang sering muncul adalah kesalahan yang dilakukan saat konversi makanan masak kementah dan dari ukuran rumah tangga ke ukuran berat (gram) Supariasa, 2012).

Faktor Kelupaan pada Responden

Gangguan memori pada responden yang sering terjadi adalah responden gagal dalam mengingat makanan yang biasa dikonsumsi dan dapat pula responden melaporkan makanan yang sebenarnya tidak dikonsumsi pada saat recall tesebut dilakukan. Untuk mengurangi faktor kelupaan yang terjadi pada responden dapat dilakukan dengan teknik pertanyaan probing & standar Promting serta menggunakan alat bantu mengingat seperti alat bantu simulasi makanan yang dari plastic atau tanah liat, gambar bahan makanan atau photo.

Estimasi Ukuran Porsi yang Kurang Tepat

Bias yang sering timbul adalah kegagalan responden dalam mengkuantitaskan secara akurat jumlah makanan yang dikonsumsi, atau miskonsepsi dalam merata-ratakan ukuran porsi. Menurut Young & Nestle, 1995 dalam Gibson 2005 bahwa Tiap responden memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengestimasi ukuran porsi yang akurat secara visual. Umumnya perbedaan ini timbul secara independent karena perbedaan usia, berat badan, status sosial, dan jenis kelamin tetapi mereka melakukannya pada jenis dan makanan yang bervariasi. Kesalahan yang besar yang terjadi, sebagai contoh mengestimasi potongan daging yang bentuknya tidak teratur. Menurut Weber et al. 1997 dalam Gibson 2005 bahwa ditemukan kesalahan mengestimasi porsi daging (steak) hingga mencapai 80%.

Suplemen yang Digunakan

Suplemen yang biasanya dikonsumsi oleh responden juga harus dicatat dalam dietary assessment. Untuk mendapatkan informasi yang akurat, biasanya nama merk harus diketahui. Nama merk merupakan hal yang kritis karena antar merk memiliki variasi yang sangat besar. Kesalahan dalam ketepatan mengkuantitatifkan dosis suplemen sangat berdampak dalam estimasi dari intake zat gizinya. Dari beberapa penelitian yang dilakukan sering terjadinya underreporting dalam menentukan dosis suplemen. Ditambah lagi faktor kimia dalam dietary suplement dapat berpengaruh dalam biovailabilitas, sehingga lebih dianjurkan untuk mencatat komposisi kimia dalam dietary supplement apabila itu memungkinkan.

Kesalahan dalam Penanganan Bahan Makanan Campuran

Sumber kesalahan yang umum terjadi dalam penanganan bahan makan campuran adalah kesalahan yang terjadi selama bahan campuran masih dalam bentuk bahan mentah dan selanjutnya dikonversi ke bentuk yang dapat dikonsumsi. Konversi biasanya meliputi faktor menghitung rata-rata dari kedua perubahan berat karena pemasakan dan retensi zat gizi. Setelah itu dilanjutkan dengan mengestimasi kuantitas dari bahan makanan campuran yang dikonsumsi oleh subjek.

Berdasarkan beberapa bias yang sering muncul dalam pengumpulan data dietary assesment maka Supariasa, 2012 menuliskan bahwa untuk mengurangi bias tersebut dapat dilakukan dengan cara : menggunakan sampel dalam jumlah besar, ulangi pengukuran dalam intake konsumsi terhadap subjek atau responden yang sama dalam beberapa waktu, dan usahakan selalu melakukan kaliberasi terhadap alat-alat ukur. Pernyataan dalam Supariasa, 2012 ini lebih dilengkapi lagi dalam Berdanier, 2008 yang menguraikan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk mengurangi bias saat pengumpulan data. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Pertimbangan-pertimbangan Untuk Mengurangi Kesalahan Saat Pengumpulan Data Assesment

No

Sumber Kesalahan Potensial

 

Food Records

1.

Ingatan (memori)
  1. Perlu adanya asisten pewawancara yang melakukan pencatatan
  2. Mendorong untuk mematuhi setiap petunjuk dengan tepat

2.

Ukuran Porsi
  1. Perlunya alat bantu untuk mengestimasi ukuran porsi
  2. Alat timbang
  3. Pelatihan  responden

3.

Keragaman hari pengumpulan data
  1. Memperbanyak hari pengumpulan data
  2. Memasukkan hari-hari biasa dan hari libur (akhir pekan)
  3. Mengumpulkan data pada musim/waktu yang berbeda

4.

Bias Respon
  1. Mengurangi beban responden
  2. Membatasi hari pengumpulan data

5.

Entri Data (Memasukkan Data)
  1. Memasukkan data dengan tepat dan memasukkan data sesuai aturan
  2. Perlu adanya asisten pewawancara yang melakukan pencatatan
  3. Adanya panduan dan petunjuk probing secara rinci

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita., S. Soetardjo dan M. Soekarti. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Arisman, 2009. Gizi Dalam Daur kehidupan. Edisi 2. EGC, Jakarta.

Berdanier, Carolyn D., J. Dwyer & E.B. Feldman. 2008. Handbook of Nutritional and Food. Second Edition. CRC Press, New York.

Fahmida, Umi and Drupadi HS Dillon. 2007. Nutritional Assesment. Seameo-Tropmed RCCN UI, Jakarta

Gibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutritional Assesment. Second Edition. Oxford University Press Inc.

Gibson, Rosalinds S & Elaine L Ferguson. 2008. An Interactive 24-hours Recall for Assesing the Adequacy of iron and Zink Intakes in Developing Countries. Harves Plus, Washington.

Nutrition & Diet Services. Daily Food Record Sampel. (http://www.nutrition-dietservices.com, Online, diakses tanggal 5 Nopember 2012).

Supariasa, I Dewa Nyoman., B. Bakri dan I. Fajar. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.

Siagian, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Erlangga, Jakarta.

Thompson, Frances E & Amy F Subar. 2001. Dietary Assesment Methodology. National Cancer Institute, Bethesda, Maryland.

(By Yetti Wira Citerawati SY)

Dietary Assesment (1)

Metode Dietary Assesment adalah suatu metode yang digunakan untuk mengkaji tanda awal dari defisiensi zat gizi, termasuk didalamnya adalah asupan yang tidak adekuat. Karena alasan ini informasi dari dietary assessment juga dapat memprediksi kemungkinan kekurangan zat gizi yang nantinya dapat dikonfirmasi lebih lanjut dengan menggunakan metode yang lain seperti penilaian biokimia, antropometri dan klinis (Fahmida & Dillon, 2007).

Terdapat dua metode yang digunakan dalam menilai konsumsi pangan baik itu untuk individual maupun kelompok yaitu metode konsumsi harian kuantitatif dan kualitatif. Metode konsumsi harian kuantitatif terdiri dari metode pencatatan (food record) yang terdiri dari (estimasi & penimbangan) dan ingatan 24 jam (24 hour recall). Metode ini dirancang untuk mengukur kuantitas pangan yang dikonsumsi individu selama kurun waktu satu hari. Dengan meningkatkan jumlah hari pengukuran pada metode ini- perkiraan kuantitatif akan asupan aktual saat ini, atau untuk periode waktu yang lebih lama- asupan kebiasaan individual dapat diperoleh. Penilaian asupan kebiasaan (usual intake) terutama penting ketika menilai hubungan antara diet dan parameter biologis. Metode konsumsi harian kualitatif terdiri dari metode riwayat makan (dietary history) dan frekuensi konsumsi pangan (food frequency questionnaire, FFQ). Keduanya memperoleh informasi retrospektif pada konsumsi pangan pada periode yang lama di masa yang lalu. Metode ini lazim digunakan untuk menilai asupan kebiasaan pangan atau kelompok pangan spesifik. Dengan modifikasi, metode ini dapat menyediakan data asupan kebiasaan zat gizi (Siagian) & (Fahmida & Dillon, 2007).

Dalam Siagian, 2010 terdapat enam metode yang lazim digunakan untuk menilai konsumsi pangan individu : (a) metode ingatan 24 jam (24-hours recall method), (b) metode pengulangan ingatan 24 jam (repeated 24-hours recall method), (c) metode pencatatan makanan (food record method), (d) metode penimbangan pangan (weighed food method), (e) metode riwayat makanan (dietary history), dan (f) metode frekuensi konsumsi pangan (food frequency method). Makalah ini akan menguraikan mengenai metode penilaian konsumsi pangan individual secara kuantitatif yaitu metode pencatatan (food record) yang terdiri dari estimasi (estimated) dan penimbangan (weighed).

( By Yetti Wira Citerawati SY)

Pengukuran Tinggi Badan pada Kondisi Normal dan Khusus

Pdf ini menjelaskan tentang berbagai macam pengukuran panjang badan maupun tinggi badan, beserta cara pengukurannya. Pengukuran tinggi badan yang dilakukan berupa pengukuran tinggi badan untuk subjek dalam kondisi normal ataupun pengukuran pada kondisi khusus. Untuk kondisi khusus, sekaligus dipaparkan cara pengukuran, cara melakukan estimasi tinggi badan serta beberapa contoh kasus agar lebih memudahkan untuk memahaminya.

Assesment of Growth 1